Global Protective Service

Kami berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik kepada pelanggan kami. Hubungi kami untuk menyesuaikan solusi untuk kebutuhan keamanan anda. Global Protective Service (GPS) mengikuti proses yang sederhana dalam praktek layanan kami. Kami hanya merekrut dan mempertahankan staf yang berkualitas tinggi dengan keberanian, kehormatan, disiplin dan Trust dan etos kerja yang terbukti. Banyak staf kami telah direkrut dari perusahaan keamanan lainnya, masing-masing tertarik dengan tingkat tinggi kami membayar dan pelatihan karyawan programs. Setiap calon akan diperiksa dan harus lulus pemeriksaan latar belakang, wawancara dan pengujian lainnya sebelum kerja dengan GPS.

Minggu, 18 September 2011

BAB 1 Memperkenalkan Perpolisian Masyarakat

BAB 1
CHAPTER ONE
LESSON GOAL
Peserta dapat memahami filosofi, prinsipprinsip,
dan praktek Polmas, serta
perbandingan antara model perpolisian
tradisional dan militeristik.
To introduce participants to the philosophy, principles and practice of
community policing - contrasting it with the traditional and militaristic
models of policing.
Tujuan Pembelajaran Umum
LESSON OBJECTIVES
Di akhir pelajaran ini, peserta diharapkan akan mampu:
• Menyebutkan definisi Polmas
• Menyebutkan komponen-komponen utama Polmas.
• Menyebutkan enam kesalahpahaman tentang Polmas
• Mampu menjelaskan perbedaan antara Polmas, model
Perpolisian tradisional dengan Perpolisian militeristik.
• Menyebutkan empat keuntungan bagi masyarakat jika
Polmas diterapkan.
• Menjelaskan bagaimana Polmas merupakan gaya
perpolisian proaktif.
By the end of the lesson participants will be able to:
• Define community policing and stating its main components.
• Discuss six (6) misconceptions about the meaning of community policing.
• Describe how community policing is different from the “traditional” and militaristic models
of policing.
• Name at least four advantages for a community when community policing is implemented.
• Explain how Community Policing can be described as a proactive style of policing
Tujuan Pembelajaran Khusus
Introduction
• Community Policing
exists in many
countries of the world
• Prominent model in
Asia
• Evolved due to
outdated
methodologies
• Budget and
resources
inadequate
• Comparison of
traditional/militaristic/
community policing
• Proactive and
reactive
LATAR BELAKANG POLMAS
1. Community Policing diterapkan
diberbagai negara di dunia
2. Merupakan Model Perpolisian penting di
Asia
3. Berkembang akibat penggunaan
metodologi terkini
4. Anggaran dan sumber daya yang tidak
sesuai
5. Perbandingan antara perpolisian
tradisional/militeristik/perpolisian
masyarakat
6. Proaktif dan Reaktif
Definisi Polmas
Defining Community Policing
Polmas adalah sebuah filosofi dan strategi
operasional dan organisasional yang
mendorong terciptanya suatu kemitraan
baru antara anggota masyarakat dengan
anggota polisi dalam memecahkan
masalah dan tindakan-tindakan proaktif
sebagai landasan terciptanya kemitraan.
Community policing is a philosophy and an organizational and
operational strategy that promotes a partnership between communities
and their police with problem solving and proactive actions as the basis
of the relationship.
Polmas sebagai Strategi
Model perpolisian yang menekankan kemitraan yang
sejajar antara petugas Polmas dengan masyarakat lokal
dalam menyelesaikan dan mengatasi setiap
permasalahan sosial yang mengancam keamanan dan
ketertiban masyarakat serta ketenteraman kehidupan
masyarakat setempat dengan tujuan untuk mengurangi
kejahatan dan rasa ketakutan akan terjadi kejahatan
serta meningkatkan kualitas hidup warga setempat.
ARAH DAN KEBIJAKAN
1. Tujuan Penerapan Polmas
2. Sasaran Penerapan Polmas
3. Kebijakan Penerapan Polmas
Tujuan Penerapan
Polmas
Terwujudnya kerjasama polisi dan
masyarakat lokal (komunitas) untuk
menanggulangi kejahatan dan
ketidaktertiban sosial dalam rangka
menciptakan ketertiban masyarakat dan
ketentraman umum yang mengandung
makna bukan hanya mencegah timbulnya
tetapi juga mencari jalan keluar
pemecahan permasalahan.
Sasaran Penerapan Polmas
Membangun Polri yang dapat dipercaya
oleh warga setempat melalui sikap dan
perilaku segenap personel Polri, baik dalam
kehidupan pribadi sebagai bagian dari
komunitas maupun dalam pelaksanaan
tugas mereka, sehingga terjalin komunitas
yang siap bekerjasama yang memahami dan
menyadari bahwa kepentingan penciptaan
situasi keamanan dan ketertiban umum
merupakan tanggung jawab bersama antar
warga dengan polisi.
Kebijakan Penerapan Polmas
• Polmas bukan hanya semacam program dalam
penyelenggaraan fungsi kepolisian tetapi merupakan
suatu metafora yang menuntut perubahan yang
mendasar ke arah personalisasi penyajian layanan
kepolisian.
• Polmas harus berlandaskan pada kebijakan yang
komprehensif mulai dari tataran konseptual pada level
manajemen puncak.
• Penerapan Polmas menyangkut bidang-bidang
organisasi/kelembagaan, manajemen sumberdaya
manusia, manajemen logistik, dan manajemen
anggaran/keuangan serta manejemen operasional Polri.
Masyarakat
Community
• Setiap orang yang tinggal atau
bekerja di Indonesia
• Bertempat tinggal di sebuah
daerah dalam batas khusus
(contoh: Polsek)
• Sekelompok orang yang tinggal
di wilayah luas, seperti di
Kecamatan atau Kelurahan
• Kepentingan yang sama
• Everybody living or
working within
Indonesia
• Residing in an area
with a specific
demarcation (
eg:Polsek)
• Group of people
living in a larger
area, such as a subdistrict
(kecamatan)
or even a
district/municipality
• Common interest
Personalisasi Perpolisian
Patroli
Permanen
Tempat
Proaktif
Kemitraan
Pemecahan masalah
Membuat hubungan lebih
khusus dan
menghilangkan rasa asing
di antara kedua belah
pihak
Filosofi
Pol + FKPM
Tidak hanya jawab panggilan
dan tangkap, tapi
memecahkan masalah
Patroli + Tim PM
Patroli + bekerja bersama-sama
(patroli jalan kaki)
Tidak ganti-ganti petugas
patroli
• Polisi berada di tengah masyarakat
• Desentralisasi kewenangan
pengambilan keputusan
• Memberdayakan semua petugas untuk
ambil bagian dlm pemecahan masalah
bersama masyarakat
Keseimbangan antara tanggapan
reaktif terhadap kasus dengan
tanggapan proaktif / pencegahan
PM berfokus pd
pengembangan masyarakat
dan pemecahan masalah ---
indikator berhasil dan gagal
(kualitatif) bukan hanya hasil
kuantitatif, juga bukan pada
jumlah orang yang ditahan
PM mendorong kemitraan baru
antara polisi – masyarakat dgn
dasar: saling menghargai, sopan
santun dan saling
dukung
Tantangan-tantangan baru
menuntut polisi untuk melayani
secara penuh, proaktif dan
reaktif dengan melibatkan
masyarakat dalam mencegah
kejahatan
9 Komponen
Utama
Polmas
Pengertian yang SALAH tentang Polmas
• Polmas BUKAN suatu bagian atau divisi yang terpisah
dari organisasi kepolisian,
• Polmas BUKAN sebuah teknik.
• Polmas BUKANLAH hubungan masyarakat (humas).
• Polmas TIDAKLAH berarti bersifat “lunak” terhadap
kejahatan.
• Polmas BUKAN pelayanan sosial tetapi Polmas adalah
pekerjaan polisi.
• Polmas BUKAN suatu obat mujarab.
Polmas merupakan fungsi-fungsi yang berjalan sekarang
dan masa lalu atau ketika dilaksanakan secara terpisah
Certain functions currently performed and performed in the past do or
when performed in isolation constitute Community Policing
Misconceptions regarding Community Policing
Model-model Perpolisian yang Kontras
Contrasting Police Models
• The
“traditional”
police model
• The Militaristic
model
• The Community
Policing model
• Model Perpolisian
Tradisional
• Model Perpolisian
Militeristik
• Model Perpolisian
Masyarakat
Perbandingan Model-model Perpolisian
_ Proaktif untuk menyelesaikan
masalah masyarakat
_ Diperluas sehingga meliputi
identifikasi dan penyelesaian
masalah di masyarakat
_ Patroli yang terlihat dan
berinteraksi dengan
masyarakat
_ Kekuatan di sumberdaya
masyarakat
_ Informasi dari masyarakat
datang dari berbagai sumber
_ Desentralisasi kewenangan
dan otonomi ke petugas lini
depan
_ Penghargaan evaluasi kinerja
yang juga didasarkan pada
kegiatan layanan
_ Gaya pelayanan, berorientasi
pada masyarakat
_ Menimbulkan jarak
antara polisi dan
masyarakat
_ Militer melindungi
Negara dengan cara
berperang,
menggunakan senjata
dan kekuatan yang
mematikan
_ Militer menerima norma
“membunuh musuh”
adalah suatu norma yang
dapat diterima dalam
peperangan
_ Bersifat Reaktif terhadap
kejadian
_ Terbatas pada Respon
terhadap kejadian
_ Patroli acak bermobil
untuk merespon kejahatan
_ Terfokus pada
sumberdaya Internal
_ Informasi dari masyarakat
terbatas
_ Supervisi berorientasi
pada kontrol
_ Penghargaan berdasarkan
pemecahan kasus
_ Strategi Memberantas
kejahatan secara hukum
PolmaPerpolisian s
Militeristik
Perpolisian
Tradisional
Perubahan dalam budaya polisi
Changes in Police Culture
• Penekanan pada hirarki, pangkat,
dan kewenangan
• Penekanan pada praktek-praktek
dan prosedur yang berlaku
• Patuh secara membabi-buta pada
aturan dan prosedur
• Bersifat menentukan secara tetap
• Sistem Tertutup – tidak ada
kewajiban ke masyarakat
• Solidaritas Internal
• An emphasis on participation, creativity and adaptability
• A balance between the old and the new – this implies the
willingness to question existing rules, procedures and strategies
in order to achieve optimal effectiveness and ensure the best
possible rendering of service
• An emphasis on the development of initiative and informed
discretion
• Adaptability & Flexibility
• Openness, communication, recognition of results
• External Professionalism
Dari : Ke :
• An emphasis of hierarchy, rank and authority
• An emphasis of existing practices and procedures
• Slavish compliance with rules and procedures
• Prescriptiveness
• Closed system – lack of accountability towards the
community
• Internal solidarity
• Penekanan pada partisipasi, kreativitas dan
kemampuan beradaptasi.
• Keseimbangan antara yang lama dan baru –
hal ini menuntut adanya kesediaan untuk
mempertanyakan aturan, prosedur, dan
strategi yang berlaku, guna mencapai
efektifitas optimal dan menjamin pemberian
layanan sebaik mungkin
• Penekanan pada pengembangan inisiatif dan
kebijaksanaan yang berdasar
• Kemampuan beradaptasi dan Fleksibilitas
• Keterbukaan, komunikasi, pengakuan akan
hasil pencapaian
• Profesionalisme Eksternal
From: To:
Perubahan dalam strategi polisi
Changes in Police Strategy
• Pengfokusan sempit dalam
mengendali kejahatan (penegakan
hukum) dimana dianggap sebagai
tanggungjawab utama polisi
• Penekanan hampir hanya pada
kejahatan yang serius
• Pendekatan reaktif terhadap
masalah kejahatan dan kekerasan
• Respons cepat terhadap semua
panggilan pelayanan
• Menangani kejadian dengan cara
setengah-setengah
• Perpolisian yang tidak dekat
dengan masyarakat
• Penekanan pada Efisiensi –
“melakukan sesuatu dengan benar”
• Pengfokusan lebih luas yang meliputi mengendali
kejahatan, pelayanan masyarakat, pencegahan kejahatan,
dan penyelesaian masalah-masalah dalam masyarakat
• Penekanan pada prioritas penyelesaian masalah
masyarakat yang merupakan hasil konsultasi dengan
masyarakat
• Keseimbangan antara kegiatan reaktif dengan proaktif
• Respons bervariasi tergantung kebutuhan dan prioritas
• Mengidentifikasi kecenderungan, pola, dan tempat rawan
kejahatan, dan mencoba untuk menangani penyebabnya
• Konsultasi dan hubungan dekat dengan masyarakat
melalui :
• Forum-forum Masyarakat Polisi
• Patroli dengan frekuensi kontak yang tinggi dengan
masyarakat
• Pos-pos kecil
• Pos-pos pelaporan / pengaduan bergerak
• Penekanan pada efektivitas – “melakukan hal yang benar”
• A narrow focus on crime control (law enforcement) as the
primary responsibility of the police
• An almost exclusive emphasis on serious crimes
• An essentially reactive approach to the problems of crime
and violence
• Rapid response for all calls for service
• Dealing with incidents in a fragmented way
• Impersonal policing removed from the community
• An emphasis on efficiency – “doing things right”
• A broader focus which include crime control, service to the community,
crime prevention and the solution of community problems
• An emphasis on community problem-solving priorities determined in
consultation with the community
• A balance between reactive and proactive activities
• Variable response depending on need and priorities
• The identification of tendencies, patterns and crime “hot spots” and trying
to address the causes
• Consultation and personal liaison with the community through:
• Community Police Forums
• High contact patrols
• Satellite stations
• Mobile reporting points
• An emphasis on effectiveness –“doing the right things”
Dari : Ke :
From:
To:
Asian Community Policing Case Studies
• The Koban System of Community Policing
in Japan
• Singapore Community Policing
• Community Policing in Indonesia
PERKEMBANGAN PERPOLISIAN MASYARAKAT DI
ASIA TERMASUK DI INDONESIA
• Sistem Koban di Jepang
• Sistem NPP dan NPC di Singapura
• Sistem Polmas di Indonesia
Ciri Khas Koban Yang Utama
• Pos-pos polisi (Chuzaisho dan Koban) terdapat di
tengah-tengah warga masyarakat
• Polisi bertanggung jawab atas kehidupan sehari-hari
warga, dalam hal kedamaian dan keamanan
• Operasi 24 jam (di mana setiap saat keamanan terjaga)
• Terlibat dalam tahap awal semua kegiatan polisi
• Merupakan basis bagi kegiatan polisi dalam kerjasama
dengan masyarakat :
– Memahami kebutuhan-kebutuhan penegakan hukum
– Memecahkan masalah
– Menyebarkan informasi tentang pencegahan kejahatan.
Sistem NPP Singapura
• Anggota di NPP merespons kasuskasus
yang tidak mendesak (nonurgent)
• Reaksi cepat pada kasus-kasus yang
mendesak diberikan oleh Mobil Reaksi
Cepat dibawah komando Divisi Darat
Perbedaan-perbedaan Pokok
•Hanya melakukan pelayanan jawaban
(pelayanan karena diminta)
•Merespons kasus-kasus yang tidak mendesak
•Melakukan olah TKP tetapi tidak melakukan
investigasi
•Melakukan Perpolisian proaktif tanpa banyak
keterlibatan masyarakat
•Memberikan pelayanan jawaban yang meliputi
pengambilan berita acara pemeriksaan (BAP)
dari pelapor
•Merespon semua kasus
•Melakukan olah TKP dan investigasi awal di
TKP, misalnya mengumpulan pernyataan,
mengambil gambar foto, mengumpulkan barang
bukti, mencari sidik jari
•Melakukan investigasi lanjutan untuk kasuskasus
yang terjadi di lingkungan tetangga
•Melakukan Perpolisian proaktif dengan fokus
pada masalah masyarakat dan membuat mereka
berbagi tanggungjawab dalam hal kebutuhan
keamanan dan keselamatan mereka sendiri
melalui Program Keamanan dan Keselamatan
Masyarakat (CSSP)
Sistem Sistem NPC NPP
Polmas di Indonesia
Model Polmas di Indonesia yang telah
terbentuk saat ini, dengan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
• Melaksanakan berbagai jenis patroli.
• Membentuk kelompok-kelompok kerjasama Polisi-
Masyarakat
• Memberi informasi kepada masyarakat.
• Mengumpulkan informasi dari semua golongan
masyarakat.
• Mengadakan kunjungan-kunjungan personal ke kawasan
bisnis, rumah-rumah, sekolah-sekolah dan lain-lain.
• Menerapkan Perpolisian reaktif, serta perpolisian proaktif.
• Menghargai HAM setiap anggota masyarakat.
• Mengenali masyarakat atau daerah tugas patroli.
Community Policing in Indonesia
POLRES / POLRESTA / POLTABES
BABINKAMTIBMAS / POS POLISI
POLSEK / POLSEKTA
Polda
Mabes Polri
IMPLEMENTASI OPERASIONAL
OPERATIONAL IMPLEMENTATION
POLMAS
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
POLICY AND STRATEGY
Perwujudan Polmas
a. Model Polmas dapat
mengambil bentuk
Wilayah dan Kawasaan
b. Persyaratan
Pembentukan FKPM
Prinsip-Prinsip Operasionalisasi
Polmas
1. Transparansi dan Akuntabilitas
2. Partisipasi dan Kesetaraan
3. Personalisasi
4. Penugasan Permanen
5. Desentralisasi dan otonomisasi
Keefektifan operasionalisasi
Polmas
1.Perubahan pendekatan manajerial
2.Perubahan persepsi di kalangan segenap
anggota kepolisian
3.Pelaksanaan tugas setiap anggota satuan
fungsi operasional Polri
4.Kerjasama dan dukungan Pemerintah Daerah
dan DPRD serta segenap komponen terkait
Sasaran dan tujuan FKPM
Goal and objectives of Community Policing Partnership Forum
• Establish and maintain a partnership.
• Jointly identify, prioritize and solve problems
related to crime, disorder. fears, poor Police
Community Relations and service delivery.
• Promote Police Community Relations..
• Promote communication between the police
and the local community.
• Promote police transparency and
accountability.
• Promote objective and fair media coverage of
the policing activities.
• Promote respect for Human Rights
• Negotiate and co-operate with any other
institution at local level.
• Promote co-operation with business and all
other organised interest groups.
• Develop mutual understanding on a crosscultural
level.
• Propagate a change in attitude within the
community.
• Promote co-operation between the
Indonesian National Police and community.
• Evaluate visible policing which includes the
evaluation of:
– the procurement, positioning and
staffing of police stations
– the receiving and processing of
complaints and charges ;
– the provision of protection services at
gatherings ;
– the patrolling of residential and
business areas ;
– the prosecution of offenders.
• Membangun dan memelihara kemitraan
• Secara bersama-sama mengenali, memprioritaskan dan
emmecahkan masalah yang terkait dengan kejahatan, ketidaktertiban,
hubungan polisi masyarakat yang buruk dan pemberian
pelayanan.
• Meningkatkan hubungan polisi masyarakat
• Meningkatkan komunikasi antara polisi an masyarakat lokal.
• Mengembangkan cara-cara untuk meningkatkan keterbukaan dan
akuntabilitas polisi.
• Mendorong dan memajukan peliputan media yang obyektif tentang
kegiatan polisi.
• Memajukan penghormatan terhadap Hak Asassi Manusia.
• Melakukan negosiasi dan kerjasama dengan lembaga/instansi lain
di tingkat lokal
• Meningkatkan kerjasama dengan kalangan pengusaha dan
kelompok kepentingan
• Membangun pemahaman bersama terhadap budaya yang
bermacam-macam
• Menyebar-luaskan perubahan sikap didalam masyarakat
• Meningkatkan kerjasama antara Polri dan masyarakat
• Mengevaluasi perpolisian yang tampak yang mencakup oPengadaan, penempatan pos polis :i dan penempatan
anggotanya.
oPenerimaan dan pemrosesan pengaduan dan pelaporan.
oPemberian layanan perlindungan dalam kegiatan perkumpulan
/ keramaian.
oPatroli ke kawasan pemukiman dan niaga.
oPenuntutan terhadap pelaku kejahatan.
Bukti efektifitas Polmas
Indicators of Community Policing effectiveness
• Berkurangnya kejahatan nyata. Dulunya merupakan
kejahatan yang jarang dilaporkan, jenis-jenis kejahatan
seperti; pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga,
dan pelecehan terhadap anak-anak. Semua jenis
kejahatan ini menunjukkan peningkatan dalam daftar
laporan polisi. (Semua yang disebut dengan Polmas
merupakan satu indikator meningkatnya kepercayaan
antara masyarakat dan polisi)
• Masyarakat memimiliki persepsi yang lebih baik tentang
polisi
• Mengurangi rasa takut pada kejahatan
• Memberi pelayanan yang lebih profesional kepada
masyarakat
• Mengurangi potensi terjadinya kejahatan
• Komunikasi yang baik antara polisi dan masyarakat
• Masyarakat turut tanggungjawab terhadap kejahatan
• A reduction in actual crime.
Initially unreported crimes,
especially crimes like rape,
domestic violence and
abuse of children will show
an increase in numbers
reported to the police. (This
can be an indicator of
increased trust between the
community and the police.)
• A better perception of the
police by the community
• Less fear of crime
• More professional police
service to the community
• A decrease in conditions
contributing to crime
• Better communication
between the police and
community
• The community and INP
taking joint responsibility for
crime

POLMAS

1 SUB LAMPIRAN I
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KAPOLRI
NO. POL. : SKEP / / VI / 2006
TANGGAL : JUNI 2006
PANDUAN PETUGAS POLMAS
DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DETEKSI

I. PENGANTAR
Secara umum pengertian Intelijen adalah segala usaha dan
kegiatan yang dilakukan dengan metode-metode tertentu secara
terorganisir untuk mendapatkan/menghasilkan produk berupa
pengetahuan tentang masalah-masalah yang dihadapi kemudian
disajikan kepada Kapolsek/Kanit Intelijen sebagai bahan pengambilan
keputusan kebijaksanaan atau tindakan.
Petugas Polmas sebagai pelaksana lapangan dan sekaligus ujung
tombak penentu keberhasilan penerapan perpolisian masyarakat
(Polmas). Namun demikian dalam pelaksanaannya petugas Polmas
juga diharapkan mampu melaksanakan berbagai fungsi kepolisian
termasuk fungsi Intelijen dalam batas-batas tertentu.
Dalam pelaksanaan fungsi Intelijen (Deteksi) tersebut, hal-hal yang
perlu difahami yakni mengenai tugas, fungsi dan peran petugas Polmas
dalam melaksanakan kegiatan deteksi.

II. TUGAS, FUNGSI DAN PERAN PETUGAS POLMAS DALAM KEGIATAN DETEKSI
1. Tugas.
Tugas atau kegiatan yang dilakukan petugas Polmas dalam
pelaksanaan fungsi Intelijen terbatas yaitu ; melakukan deteksi,
identifikasi dan analisis terhadap gejala awal suatu kegiatan yang
belum terjadi seiring dengan dinamika dan perubahan masyarakat
yang meliputi aspek statis/Tri Gatra dan aspek dinamis/kehidupan
masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan keamanan.

2. Fungsi.
a. Mengumpulkan bahan keterangan terhadap dinamika dan
perubahan masyarakat yang meliputi aspek statis dan aspek
dinamis dalam kehidupan masyarakat untuk menemukan
gejala awal yang dapat menimbulkan gangguan keamanan
baik dari sumber terbuka maupun tertutup.
/ b. Menerima....
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
MARKAS BESAR
2 SUB LAMPIRAN I
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KAPOLRI
NO. POL. : SKEP / / VI / 2006
TANGGAL : JUNI 2006
b. Menerima informasi dan pengaduan masyarakat tentang
sesuatu yang berkaitan dengan masalah-masalah Kamtibmas
dan informasi intelijen lainnya.
c. Menyampaikan/meneruskan informasi intelijen kepada
Kapolsek/Kanit Intelijen Polsek.
3. Peran.
a. Sebagai motivator dalam membangun tugas kemitraan
antara Polisi dengan masyarakat dalam berbagai hal
termasuk bagaimana agar masyarakat bersedia memberikan
informasi intelijen.
b. Sebagai dinamisator dalam memberdayakan Forum
Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) termasuk dalam
memberikan informasi intelijen kepada Kapolsek/Kanit Intelijen
Polsek.
c. Sebagai agen/jaringan informasi intelijen.
III. PELAKSANAAN
Agar dapat melaksanakan tugas, peran dan fungsi intelijen
terbatas dengan sebaik-baiknya, petugas Polmas harus memahami dan
mengerti beberapa hal yang penting dalam kegiatan deteksi yaitu :
1. Sasaran.
Sasaran kegiatan deteksi yang dilakukan petugas Polmas meliputi
dinamika dan perubahan seluruh aspek kehidupan masyarakat
yang berada di wilayah hukum Polsek yang terbagi dalam :
a. Sasaran permasalahan.
1) Sasaran Aspek Statis, yaitu ;
a) Aspek geografi, meliputi ; segala sesuatu yang
berkaitan dengan bumi/alam, gunung, sungai,
danau, luas wilayah dan batas-batasnya termasuk
infrastruktur.
b) Aspek demografi, meliputi keterangan tentang ;
jumlah penduduk, kewarganegaraan, jenis kelamin,
umur, agama, pendidikan, pekerjaan, penyebaran/
kepadatan, perpindahan termasuk kelahiran dan
kematian.
/ c) Aspek....
3 SUB LAMPIRAN I
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KAPOLRI
NO. POL. : SKEP / / VI / 2006
TANGGAL : JUNI 2006
c) Aspek sumber kekayaan alam, meliputi ; bumi, air
dan kekayaan yang terkandung di dalamnya.
2) Sasaran Aspek Dinamis, yaitu :
a) Aspek ideologi, meliputi segala bentuk cita-cita dan
kepercayaan yang dipegang oleh masyarakat
setempat yang mampu menggerakkan aktifitas
politik untuk mencapai tujuan bersama.
b) Aspek sosial politik, meliputi ; partai politik, organisasi
massa, jumlah suara yang diperoleh dalam Pemilu,
jumlah anggota DPRD, aparatur negara dan
lembaga negara, lembaga swadaya masyarakat
(LSM), media massa (elektronik dan cetak), kelompok
radikal dan organisasi kemasyarakatan di bidang
politik lainnya.
c) Aspek sosial ekonomi, meliputi segala kegiatan
perekonomian dan potensi ekonomi yang ada,
antara lain: perbankan, pertokoan, pasar tradisional,
pasar swalayan, perindustrian, koperasi, usaha kecil
dan menengah (UKM), perikanan, perkebunan,
kelautan, kehutanan, perhubungan, pertambangan
dan energi, telekomunikasi dan pertanian termasuk
peternakan.
d) Aspek sosial budaya, meliputi ; agama, aliran
kepercayaan, hukum dan perundang-undangan,
pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi,
transmigrasi, kesehatan, olah raga, pariwisata,
kesenian, tenaga kerja dan lapangan kerja,
lingkungan hidup, tradisi/adat-istiadat, pertanahan,
penyakit masyarakat dan bencana alam.
e) Aspek keamanan, meliputi ; berbagai bentuk
kejahatan dan pelanggaran, institusi aparat
pertahanan dan aparat keamanan, obyek vital
nasional serta instalasi penting lainnya.
b. Sasaran Wilayah Tugas, yaitu ;
1) Wilayah, mencakup satu atau gabungan area/kawasan
pemukiman ( RT, RW, RK, Dusun/ Desa/ Kelurahan ), yang
pembentukannya didasarkan pada keinginan bersama
warga masyarakat itu sendiri meskipun dalam prosesnya
dilatarbelakangi oleh dorongan Polisi.
/2) Kawasan....
4 SUB LAMPIRAN I
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KAPOLRI
NO. POL. : SKEP / / VI / 2006
TANGGAL : JUNI 2006
2) Kawasan, mencakup satu kesatuan bisnis dengan
pembatasan yang jelas, seperti kawasan ; perdagangan,
mall, pusat pertokoan, perkantoran dan industri yang
pembentukannya dilakukan atas inisiatif bersama warga
masyarakat dan Polisi.
2. Metode.
Agar dapat melakukan deteksi dalam dinamika dan perubahan
masyarakat untuk menemukan gejala awal yang dapat
menimbulkan gangguan keamanan serta dalam rangka
membentuk dan membina jaringan informasi, petugas Polmas
dapat menggunakan metode :
a. Pengamatan yang dilakukan melalui :
1) Pengamatan sepintas, sebagai upaya menggambarkan
keadaan dan lingkungan secara umum untuk
mendapatkan data tentang sasaran.
2) Pengamatan secara teratur yang difokuskan terhadap
sasaran (daerah, orang atau benda) tertentu yang
menjadi sasaran pengamatan.
3) Pengamatan terhadap keadaan sasaran yang diamati
untuk kepentingan deteksi dilaksanakan secara tersamar,
yakni kehadirannya diketahui namun misi/tujuan
pengamatan tetap tertutup/tidak diketahui oleh sasaran.
4) Hasil pengamatan dituangkan kembali dalam bentuk
laporan informasi yang dapat dilengkapi dengan fotofoto,
gambar atau visual tentang keadaan sasaran yang
diamati untuk memudahkan mengenalinya kembali.
b. Wawancara
1) Wawancara dapat dilakukan secara resmi kepada
masyarakat yang terbina/terpilih seperti jajaran birokrasi
dan wawancara tidak resmi dengan sasaran di
lingkungan masyarakat. Wawancara dilakukan dengan
maksud mengetahui ;
a) Misi/tujuan dari sasaran.
b) Biodata atau identitas sasaran.
c) Latar belakang riwayat hidup sasaran.
/2) Setiap.....
5 SUB LAMPIRAN I
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KAPOLRI
NO. POL. : SKEP / / VI / 2006
TANGGAL : JUNI 2006
2) Setiap wawancara untuk kepentingan deteksi
memerlukan pendekatan dan penanganan yang khusus
pada setiap permasalahan yang berbeda, disebabkan
oleh tipe sasaran baik dari segi personel, kepribadian,
kejiwaan serta ciri-ciri khas manusiawi yang berbeda,
sedangkan seorang pewawancara untuk kegiatan
deteksi dibebani dengan target untuk mampu
mengungkap dan menggali segala informasi dan
keterangan secara cepat.
3) Untuk keberhasilan wawancara, petugas Polmas perlu
mempersiapkan diri melalui penyiapan materi
pertanyaan, penguasaan materi yang akan ditanyakan
dan mempelajari perkembangan terkini sasaran.
4) Teknik wawancara disesuaikan dengan kondisi sasaran :
tatap muka, pertanyaan tertulis, bersifat menguji dan
menggali.
5) Taktik wawancara meliputi : pertanyaan ringkas, tidak
mengancam, bersifat rendah diri, membiarkan sasaran
mengambil alih kendali sementara, bersahabat atau
menyanjung.
6) Bahan Keterangan yang diperoleh dari hasil wawancara
yang dinilai mengandung kerawanan dituangkan dalam
bentuk Laporan Informasi.
3. Sumber Bahan Keterangan.
Bahan keterangan dapat diperoleh dari sumber-sumber sebagai
berikut :
a. Instansi Pemerintah, meliputi :
1) Kelurahan dan kecamatan.
2) Koramil.
3) Instansi Pemerintah lainnya.
b. Rukun Tetangga, Rukun Warga, Badan Perwakilan Desa di
Kelurahan.
c. Tokoh masyarakat, sosial, agama, daerah, adat, pemuda,
mantan residivis/preman dsb.
d. Pengusaha / pelaku ekonomi.
e. Cendekiawan, akademisi, mahasiswa dan pelajar.
f. Politisi.
/ g. Potensi.....
6 SUB LAMPIRAN I
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KAPOLRI
NO. POL. : SKEP / / VI / 2006
TANGGAL : JUNI 2006
g. Potensi masyarakat binaan Polri, meliputi :
1) Sekurity/ Satpam.
2) Petugas Kamling/ Ronda kampung.
3) Pramuka Saka Bhayangkara.
4) Patroli Keamanan Sekolah (PKS).
5) Karang Taruna.
6) Kelompok Sadar Kamtibmas.
7) Satgas Partai Politik.
h. Keluarga Besar TNI dan Polri, antara lain :
1) Organisasi Isteri TNI dan Polri.
2) Purnawirawan dan Warakawuri.
3) Keluarga Besar Putra-Putri Purnawirawan Polri (KBP3)
4) Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI (FKPPI).
4. Tata Cara Pembuatan Laporan Informasi.
Setelah pengumpulan bahan keterangan dalam bentuk catatan,
gambar, foto, data, dan bahan keterangan lainnya yang
diperoleh, secepatnya dituangkan ke dalam laporan informasi,
sesuai dengan format yang telah ditentukan, dengan
memperhatikan :
a. Sumber Informasi,
Meliputi ; nama, pekerjaan, alamat, hubungan dengan
sasaran, cara mendapatkan, waktu dan tempat bahan
keterangan yang diperoleh serta nilai informasinya.
b. Fakta-Fakta.
1) Meliputi ; informasi tentang aspek Ipoleksosbudkam, baik
peristiwa/kejadian atau suatu gejala yang dapat
mengarah kepada gangguan Kamtibmas, baik yang
diperoleh dari sumber informasi atau yang diketahui
sendiri, yang bukan merupakan pendapat pribadi.
2) Berisi uraian fakta-fakta secara sistematis dan mendetail
tentang semua yang berhubungan dengan informasi,
dimana masing-masing fakta masih berdiri sendiri yang
belum dikaitkan dengan fakta lainnya.
3) Dalam fakta-fakta tersebut diupayakan berisi bahan
keterangan lengkap yang memenuhi persyaratan
SIADIDEMENBIBA ( Siapa, Apa, Dimana, Dengan apa,
Mengapa, Bilamana dan Bagaimana ) atau disebut
dengan pola 7 Kah.
/ c. Pendapat.....
7 SUB LAMPIRAN I
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KAPOLRI
NO. POL. : SKEP / / VI / 2006
TANGGAL : JUNI 2006
c. Pendapat Pelapor.
1) Berisi komentar pelapor terhadap kebenaran Informasi,
setelah dilakukan pengecekan tentang kebenaran dari
fakta-fakta.
2) Pendapat pelapor atas fakta-fakta tersebut dengan
memperhatikan aspek kerawanan, gangguan serta
dampak yang mungkin timbul.
3) Tingkat kerawanan, gangguan serta dampak yang
mungkin timbul sebagai dasar untuk menentukan
kecepatan penyampaian laporan.
5. Sistem Pelaporan.
a. Laporan informasi yang telah dibuat harus disampaikan secara
cepat kepada Kapolsek/Kanit Intelijen Polsek.
b. Dalam keadaan dan situasi tertentu, petugas Polmas dapat
melaporkan informasi kepada Kasat Intelkam Polres/ Kapolres.
c. Untuk menjaga kerahasiaan dan keamanan penyajian
Laporan Informasi (tertulis), maka petugas Polmas harus secara
langsung menyampaikannya kepada Kapolsek/Kanit Intelijen
Polsek.
d. Untuk informasi yang dinilai mengandung kerawanan tinggi
dan memerlukan penanganan segera dikaitkan dengan akan
timbulnya gangguan, maka terlebih dahulu disampaikan
secara lisan kepada Kapolsek kemudian disusul dengan
laporan tertulis dalam bentuk Laporan Informasi.
IV. PENGENDALIAN DAN PEMBINAAN ADMINISTRASI
Mengingat petugas Polmas mengemban fungsi deteksi, maka ia
harus memahami hal-hal berikut ini :
1. Pengendalian.
a. Petugas Polmas dalam melaksanakan tugas deteksi berada di
bawah bimbingan pengemban fungsi Intelijen di Polsek/Polres.
b. Penilaian keberhasilan pelaksanaan tugas deteksi dilakukan
oleh Kapolsek.
c. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan tugas sehari-hari
dilaksanakan oleh Kapolsek/Kanit Intelijen Polsek melalui:
1) Kuantitas laporan informasi.
/2) Kualitas.....
8 SUB LAMPIRAN I
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KAPOLRI
NO. POL. : SKEP / / VI / 2006
TANGGAL : JUNI 2006
2) Kualitas laporan informasi
3) Rencana kegiatan mingguan.
4) Pengecekan lapangan.
5) Komunikasi langsung.
2. Pembinaan Administrasi.
a. Cara penulisan laporan informasi harus sesuai dengan buku
pedoman administrasi produk Intelijen di lingkungan Kepolisian
Negara Republik Indonesia (format terlampir).
b. Dukungan logistik, menggunakan sarana dan prasarana yang
telah ada untuk mendukung operasional tugas Polmas serta
peralatan khusus intelijen yang diberikan.
c. Dukungan anggaran, menggunakan anggaran rutin sesuai
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan anggaran
khusus yang tersedia.

V. PENUTUP

1. Panduan ini digunakan sebagai acuan bagi petugas Polmas
dalam penyelenggaraan kegiatan deteksi terhadap dinamika dan
perubahan masyarakat yang meliputi aspek statis/Tri Gatra dan
aspek dinamis/kehidupan masyarakat untuk menemukan gejala
awal yang dapat menimbulkan gangguan keamanan.

2. Jika dipandang perlu, berdasarkan perkembangan situasi panduan
ini dapat ditinjau kembali disesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan.

3. Panduan ini dipergunakan sejak tanggal ditetapkan.
Dikeluarkan di : J a k a r t a
Pada tanggal : Juni 2006
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Drs. SUTANTO
JENDERAL POLISI

Sabtu, 17 September 2011

Leadership In Hard Times - Leading - and Succeeding

"The truth is that no one factor makes a company admirable. But if you were forced to pick the one that makes the most difference, you'd pick leadership."
Warren Bennis, Organizational Consultant and Author
As organizations adapt to changing business environments, the need for effective leadership is especially critical.

When times are good, leading a company or a team is exciting. Resources are plentiful, customers are satisfied, and opportunity is everywhere. However, when the economic conditions are challenging, this excitement and positive energy tend to weaken. People often feel the pressures of work, and they fear for their job security. These worries and fears present a major challenge for leaders who want to keep their teams on target and productive.

Good leadership is good leadership, regardless of the economic climate. However, during difficult times, top-notch leadership skills become even more important. Second-rate leaders might be able to keep a company going in a strong economy, but you need high-performing leaders to succeed in tough times.

Of course, you need leaders who can control costs and conserve cash. However you also need leaders who see opportunity - and who will strive to seize that opportunity - despite all the negativity. You need leaders who remain committed to their people. And you need leaders who can transfer their own positive outlook to the people around them.


Create New Opportunities

In an economic downturn, you need to conserve your resources so that you can survive. However, you also need to position yourself to benefit as competitors falter, and to be ready when the economy recovers. An economy in decline is often an opportunity to regroup, rethink, and renew. To take advantage of new opportunities, consider doing the following:
  • Review Your Strategy - Figure out which objectives you're meeting, which ones need more emphasis, and which ones you should reconsider or drop as the environment around you changes.
  • Lead By Example - Now, more than ever, you have to lead 'from the front' by setting an example. Take personal responsibility for customer care and contact. Actively pursue new business. Show that you're willing to make extra effort to commit to the organization' s success.
  • Add Value - One of the ways that leaders can gain greater market share and improve operations is by really listening to their customers. Look for innovative ways to add value without adding costs, and win customers who aren't being well served by your competitors.
  • Use Market Conditions to Create a Stronger Business Model for the Future - If you're a senior manager, consider looking for bargains, in terms of mergers and acquisitions, which will improve your company's future competitive position. Whatever level you're at, negotiate keener rates with suppliers, which you can continue to enjoy after the economy recovers.
  • Take the Opportunity to Trim Costs - Encourage cost-consciousness within your team or organization. Now is a great time to do this - everyone knows that times are tough, and people will be more willing than ever to cut unnecessary costs. 
  • Implement a Continuous Improvement Plan - Look at your systems and processes to find efficiency opportunities. Lead the way in building a culture of continuous improvement . You can use these savings to pursue the numerous opportunities created by the downturn.
Commit to Your People

Negative messages are all too common during economic downturns. People are losing their jobs, unemployment rates are going up, and personal and corporate bankruptcies are increasing. This can weaken morale, both in the workplace and in society as a whole, and it can tip people into panic, severely damaging their productivity.

It doesn't have to be that way. Don't abandon your people. Use this time to reinforce how important they are, and build the skills they need to help the company survive.
  • Invest time In leadership Skills Training - Leadership is key to success. The better your leaders are, the better it is for you, your team, and the organization. OK, you may not want to spend a lot of cash on leadership training, however, when times are slow, you may be able to invest much more time than before in management and leadership development. 
  • Retain Your Best People - Part of good leadership is keeping costs under control. However, profits are made by your people. Don't cut back on attracting quality people, and make every effort to retain your best team members by treating them with dignity and respect. 
  • Be Creative With Recruitment and Retention - Salary increases may not be possible, but you can do lots of other things to create attractive work conditions.
  • Build a Motivating Workplace - It's easy to focus too much on specific tasks and the bottom line, especially at a time when resources are limited and "cash is king". As a leader, however, you can't let that stop you finding ways to motivate your workforce. Sirota's Three-Factor Theory suggests the following:
    • Treat People Fairly - When you can't avoid layoffs, give people as much warning as you sensibly can. Talk honestly about what's happening, and how cutbacks will affect them. And if you're cutting people, try to cut the volume and scope of the work you do so that you don't overload those who are left. 
    • Provide Useful Work for Which People are Recognized - Be careful about reassigning the workloads of people who have been laid off. Take time to determine who is best suited for which tasks, and remember to give lots of praise. Match people's skills and interests with the work you need done. 
    • Foster Good Relationships at Work - If you have to stop the Friday company-sponsored lunch at a restaurant, replace it with a low-cost potluck event. Try to avoid cutting it entirely.
Project Positive Energy

Good leaders provide hope and vision. These two qualities can keep a workplace going, even during tough times. People need someone they can trust - someone who is inspiring, and knows how to get things done. As a leader, make it a priority to do the following:
  • Expect Great Things from Your People - Within reason, the more you demand, the more opportunity you give people to perform, which can be highly motivating. However, don't push too hard, and remember to communicate your expectations. 
  • Keep In Touch With Your People - Use the MBWA (Management By Wandering Around) technique  to find out what's going well, and what needs your attention. Remember to recognize and praise success. Staying connected builds relationships and trust. In tough economic times, you need your staff to perform especially well. The more they know you care, the more likely they are to respond to your call for action.  
  • Be Visionary - Leaders with vision, passion, energy, enthusiasm, and real engagement with their staff, are the key drivers of economic growth. Stay focused on the big picture, and manage to the best of your abilities.  
  • Take Care of Yourself - Respect your own feelings and emotions during difficult times. Where appropriate, share your concerns with people you trust, and build a network of people you can talk to, however work hard to remain upbeat - if you're constantly worried, others will sense this. Get enough rest to keep yourself fresh, and manage your emotions to keep your creativity and self-confidence high.
Key Points

Leadership during good economic times has its challenges. But those challenges increase when the economy is tough, and staff are worried about keeping their jobs and paying their bills.

In these conditions, leaders and managers must keep a sharp eye on their environment, prepare for recovery, support their people, and project enthusiasm and energy. By remaining positive, supporting your people, and looking for new business opportunities, you can help your company survive - and succeed - through the difficult times. Leadership performance is critical to organizational success, so use all of the assets available to you.
-          We Share Each Others -

Jumat, 12 Agustus 2011

Mempromosikan diri tanpa Menjilat

Banyak cara untuk mencari perhatian di tempat kerja, baik itu dari teman-teman satu tim maupun dari atasan. Siapa sih yang tak ingin kelihatan menonjol di mata orang lain. Lebih-lebih dalam konteks pekerjaan, "menonjol" bisa membantu mempercepat kemajuan karier. Namun, berhati-hatilah. Keinginan yang terlalu menggebu untuk terlihat paling menonjol di antara yang lain di kantor, salah-salah bisa membuat Anda "over-acting". Bila ini terjadi, bukannya simpati atau penilaian yang positif yang Anda dapatkan melainkan justru label buruk, misalnya Anda bisa dicap sebagai penjilat. Memangnya Anda mau mendapatkan penghargaan sebagai The Most Likely to Kiss Some Boss Butt?


Oleh karenanya sebelum Anda beraksi di tempat kerja, pastikan dulu Anda mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:


  1. Apakah Anda tipe karyawan yang sebenarnya tidak memiliki keterampilan yang jelas dalam bidang tertentu, namun pintar memanfaatkan situasi dan mencari celah untuk mempromosikan diri?
  2. Apakah Anda suka membuatkan kopi untuk bos, sambil berusaha agar semua orang tahun bahwa Anda melakukannya?
  3. Apakah Anda selalu merasa punya andil dan jasa atas kesuksesan orang lain, padahal kenyataannya tidak demikian, atau andil dan jasa Anda tidak sebesar yang Anda gembar-gemborkan?
  4. Sebaliknya dari no.3, apakah Anda gemar mencari kesalahan orang lain untuk kegagalan pekerjaan Anda?
  5. Apakah Anda punya kebiasaan mengulur-ulur waktu meeting dengan komentar-komentar panjang yang "nggak penting", sekedar untuk menunjukkan bahwa Anda ada di situ?
  6. Apakah Anda suka menggosipkan teman-teman sekerja, dan menceritakan kekurangan mereka kepada atasan?
  7. Apakah Anda orang terakhir yang meninggalkan kantor padahal sebenarnya tak ada alasan apapun bagi Anda untuk pulang belakangan?

Jika jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut "tidak", maka Anda memang bukan seorang penjilat. Namun, jika Anda masih ragu-ragu atau bahkan diam-diam mulai mengakui bahwa semua itu adalah kebiasaan Anda sehari-hari selama ini, maka Anda sebenarnya bukanlah karyawan yang berdedikasi seperti yang Anda pikirkan. Artinya, inilah saatnya bagi Anda untuk berubah, demi kesehatan karier Anda. Sebab, percayalah, di mana pun tak ada tempat bagi orang yang menempuh cara-cara yang bersifat menjilat dalam mengejar kemajuan karier di tempat kerja.